Kamis, 17 November 2011

SEGUDANG PUISI UNTUK BUAT KAMU MABUK

ryank
Puisi CintaPuisi Kasih Sayang
Dalam Diam
aku jalani hidup sendiri tanpa adanya dirimu ku tak mampu berkata dikejauhanmu bahwa diam2 aku membalas cintamu meski aku tak tau seperti apa kau sekarang disana namun ku berharap engkau akan selalu mencintaiku engkau akan menjadi yang terbaik bagiku By : Fitri Anggraeni

Ketiadaanmu
mengapa kapergi saat aku mulai menyayangi saat aku ingin dimiliki mengapa engkau pergi saat rindu bernyanyi dan mengiringi hati yang mencintai mengapa baru kau ucap ketidak kembalianmu seelah lama diri ini menunggu kembalimu mengulang saat kau duduk di sisiku kau kecup pipiku kau ucap,kau sayang aku,kau cinta aku By : Fitri Anggraini

Aku Mau Kau Kembali
Jika ada satu kesempatan Ku ingin kembali ke masa itu Mencoba melangkah Melewati hari dengan tawa Kuingin kau tetap disini Menemaniku setiap waktu Ku ingin bisa habiskan lebih banyak hari denganmu Aku ingin slalu ada tangan yang siap mengandengku Suatu tempat yang slalu siap menjadi sandaranku saatku lelah Tempat berbagi cerita tentang kisah sehari-hari Dari hal biasa hingga yang luar biasa Ketika ku menangis, kau bisa...

Bukan Aku Tak Bisa
maaf jika ku tak bisa mencintaimu seperti yang ka mau, tapi bukan ku tak bisa mencintaimu dengan segenap kemampuanku maaf jika ku tak bisa menjadi seperti yang kau mau semua karena ku takut kehilanganmu maaf jika ku terlalu egis bagimu yang kau anggap,ku tak mampu mengertimu itu semua karena cintaku yang teramat besar untukmu, yang tak mampu ku tunjukkan atau diibaratkan dengan apapun By : Fitri Anggraini
Bulumatamu Sebaris Ilalang yang Terbakar
Karya: Huda M Elmatsani
Padang lapang untuk gembalakan jejakjejak jiwaku itu adalah hidupmu. Serumpun embun, ilalang ranum, bungabunga perdu, kemerisik sepi, percik api dan setumpuk album kenangan bersampulkan rindu.
Rayakan cinta menyemai gairahnya. Wajahmu menyemburkan cahaya. Bulan di atas savana. Aku menjelma rusa, dengan tanduk bercabang doadoa kupanjatkan. Senyummu melambung di angkasa.
Rangkum sejuta makna ke dalam satu tanda. Tatapan kita puisi tanpa jeda. Tatap penuh kenang dan perlambang. Bertumbuh pokokpokok akasia yang daundaunnya menyimpan angin dan hujan, tempat berselindung gemuruh dan kicau burungburung.
Kecemasan luruh dalam hembusan debu yang meniada. Kita pun menjerit tawa, senyap hanyalah tanda koma saat matahari pamit dari cakrawala. Ketika ia persembahkan malam untuk kita berdua saja. Dengarlah applause serangga senja, panggung temaram menyala keemasan. Sebuah pekik kagum, seperti selalu bisikbisikku pada anggunmu.
Bulumatamu sebaris ilalang yang terbakar. Mengurungku dalam pijar, melalap seluruh tatapan, pikiran dan imajinasiku. Tinggal abu yang disebut puisi.
Gemuruh angin di celah tenda seperti serangkaian ketukan lembut jantungmu menembus dada. Kupeluk kamu sayang, kau mengunciku dengan himpitan rindu tanpa tara. Rerumputan mengaduh lembut di bawah keringat baramu. Venus dan yupiter memancar riang di kedua matamu. Senyum menggantung indah tepat di atas dagumu.
Duh, puisi ini kusambung saja di lain waktu.
2011


Seikat Pelangi Selembut Bulumatamu
Karya: Huda M Elmatsani
Genggam jemariku
seikat pelangi ini untukmu
baru kupotong dari langit rumput kelabu
dengan sisa hujan
masih
menitik ke dalam kalbu.
Kenangan-kenangan kurangkum
dalam tiap helainya
kututup ujung baitnya dengan kuntum ungu.
Berikutnya, kau pun tahu
ku kagumi mentari
yang bergelayut manja
di lembut bulu matamu.
2011


Lembaran Daun Bertanda Embun
Karya: Huda M Elmatsani
Katakan saja, pagi ini tak ada matahari menyapa dengan hangat pelukan, tak ada berkas sinar menggores dinding kamar. Dan kaca jendela, hanya bingkai kosong tanpa setangkai mawar.
Kuharap angin menari di selasar rumah. Menghibur rambutmu dengan hembus sejuk gunung. Menghapus mimpi buruk yang mungkin menggantung di bulumata. Angin, sampaikan salamku, rindu menggunung sampai puncaknya.
Barangkali di celah pintu ada derit tersisa. Kalimat yang tak dapat kucegah ketika kaubiarkan langkah melengang dalam kembara. Luas padang, merentas ilalang, menggagas setiap fatamorgana sebagai rangkaian doa. Pepohonan meranggas sebab daundaunnya kukirimkan padamu.
Puisi ini untukmu, Adinda. Kalimat pengganti tiap jeda percakapan. Lembaran daun bertanda embun, kecup yang kutitipkan. Ketika mulut tak mampu menerjemahkan dada, pada dekap tiada.
2011


Di Indah Matamu Aku Menangis
Karya: Huda M Elmatsani
Tenggelam di indah matamu. Aku menangis
seperti tak percaya pada gerimis yang kaugenggam di tanganmu
yang kauusapkan di wajahku.
Tatap mataku terbunuh. Kelopakkelopak seroja yang luruh
merias genangan telaga dengan kerling airmata.
Memandang senyummu yang ikhlas. Aku menangis
seribu merpati kepakkan kedamaian di bibirmu
yang kaukecupkan di dadaku.
Magma jantungku gemuruh. Lava meleleh jatuh
menggoreskan nyala di lengang mataku.
2011


Bulan Tenggelam di Pelabuhan Jayapura
Karya: Huda M Elmatsani
Kau tenggelamkan rembulan
di teluk matamu
dan malam seperti rindu
tanpa surut dan selimut.
Di pelabuhan Jayapura
malam taburkan cahaya
ombak seakan gantungan-gantungan lampu
berayun-ayun dimainkan bayu.
Perahu-perahu merapat
di dermaga. Seperti katakata gegap di dada
Di atas pantai kubangun rumah dan ranjang
bergoyang dalam gelombang pasang
dengan tonggak-tonggak swane
seperti cinta kutegakkan di kedalaman samudera
menumbuhkan butir-butir mutiara.
Setiap lautan adalah pertemuan.
2011


Uluwatu
Karya: Huda M Elmatsani
Memasuki gapura samudera terbuka
di rambutmu bunga kamboja
menjelma cendera nirwana.
Gemuruh laut bertaburan bak penari
genggamanmu kutelusuri
melingkarkan cinta di jari manismu.
Ombak menghantam dinding batu, Uluwatu
kupahat namamu sepanjang waktu
dengan palu rindu.
Seribu undakan mengantar kita ke altar cahaya
duduk khusyuk, dupa mewangi angkasa
doa memanjat bianglala. Sang hyang widhi wisesa.
… moksha utuh, cinta tak butuh pengorbanan
bersetubuh berseruh penuh
seluruh.
2011


Kutemukan Puisi dalam Sebait Cinta
Karya: Huda M Elmatsani
Tetes hujan yang melambai di kaca jendela ia mencari alamat sungai. Aku mencari alamat hatimu. Kutemukan telaga: sebuah genangan sunyi, tanpa ombak tanpa nyanyi, lalu kutenggelam dalam bening puisi. Itulah yang istimewa tentang dirimu, ketika segayung hujan membasuh telapak tanganmu, aku terhanyut di situ, lautan teduh dekapanmu. Maka aku menyamar hujan, memelukmu deras, mencium parasmu dengan kecup rintik yang tak pernah tuntas.
Di telapak tanganmu aku mengembara tanpa berhenti, menyusuri garisgaris sungai keberuntunganku. Setiap garis adalah makna. Membawaku pada muara bernama cinta. Aku di situ melukis sawahsawah yang menguning dengan jejak hidupku. Rerumputan, ilalang, kenangan, dan bunga-bunga rindu. Airmata dan semesta. Hujan dan doa. Membentangkan tenda cahaya tempat kita menghabiskan waktu dan bara. Setiap bintang adalah karunia. Setiap titik waktu yang aku petik untukmu.
Aku ingin menulis seperti sebaris embun yang kauselipkan pada seliris kuntum di bibirmu. Cukup manis walau hanya sebait senyum. Kutahu, puisi tak selalu tercipta dari kata. Tetapi hanya dengan kata kumampu menceritakan puisi ini padamu.
2011


Algoritma Laut dan Hujan
Karya: Huda M Elmatsani
Bila kau seumpama laut dan hujan, algoritma ini merelasikan ombak dan hujan: Ombak itu pelukan, hujan itu deras bisikan, dan gemuruh adalah dentum cinta yang tak henti menghantam dada, menghujamkan airmata ke penjuru semesta, menjelma kepakkepak camar yang menjaga samudera. Perahu itu aku.
Di ujung tanjung, debar jantungmu melantunkan ombak. Jemarimu menggulung rindu. Di ujung kelambu kalbu, bermanja menghelai lembar demi lembar rambutmu seakan menyisir pantai. Pasir adalah kanvas perjalananku, tempat setiap jejak kucetak dengan sajak, jejak yang kauhimpun di lengan ombak: memelukku. Pantai itu aku, selalu rapat di sisimu.
Hujan. Di sudut buku katakata berdesakan memasuki guguran hujan. Langit seakan berkilatan menggoreskan tanda seru. Cahaya menjelma gemuruh. Hujan membasuh unggun sajakku, mengeramas setiap aksara, menggenangi ruh huruf dengan bening airmata. Lalu tersisa sebagai butiran yang menetes di akhir paragraf. Dan di halaman berikutnya itu aku.
Aku, yang selalu hanyut bersamamu.
2011


Huruf Cinta di Cakrawala
Karya: Huda M Elmatsani
Seandainya matahari kauberitahu indahnya malam, apakah ia akan datang kemari? Melihat bintangbintang sambil berbaring di atas jambangan lapang bunga rumputan. Tetapi engkau hadir di sisiku dengan bara melampaui hangatnya matahari. Embun yang turun pun menjelma api, membakar langut yang hanyut di sudut mataku.
Tak ada puisi di mambang senja itu jika kau tak membisikkannya untukku, membangunkanku dari tumpukan kertas mimpi. Engkau menggelitik ujung penaku menggoda setiap kata untuk menari bersamamu, mengelilingi api unggun terbakar dan berterbangan menjelma bintangbintang. Lihatlah hurufhuruf cinta itu menyusun dongeng di cakrawala –
2011


Bantu Aku Menulis Kata Cinta
Karya: Huda M Elmatsani
Bantu aku menulis kata cinta, sunyiku pada pena.
Sebingkai meja berwarna coklat kelu dan berdebu
seakan lautan kata yang beku dalam dingin suhu.
Sepucuk kertas membentuk perahu, di layarnya teruntuk namamu.
Pena itu kembali menggigil, menggoreskan kegelisahan:
Aku cinta padamu. Hanya genangan tinta terbentuk
seperti teluk
melayarkan katakataku
ke samudera peluk.
Bantu aku menulis kata cinta dengan sinar matamu
agar kutemukan nyala dalam unggun kata
atau jadilah rembulan di rantingranting aksara
mengganti tikaman gelap dengan romantika remang.
Biarkan kuikatkan samarsamar cahayamu
menyatukan sejuta kalimat dalam lembarlembar puisi.
Lalu senyummu kujadikan majas
Agar makna semakin jelas
membebaskan cinta dari pernyataan
yang tak pernah tuntas.
Atau, jadilah kamu laut yang dalam dan biru
mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.
Kuseberangi selat bibirmu, mengembara
hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin
Sebuah jalan setapak membelah ombak.
Ombak di matamu.
Zayyine, kukenali tulisan di matamu yang teduh
dan gemuruh.
2011


/1/2011
Cinta di Luar Batas
Karya: Huda M Elmatsani
Aku mencintaimu melebihi segala batas
tak cukup daratan berbatas pantai
Cintaku luap samudera. Luas membentang permadani biru
Gelombang dengan gairah ekstra, O indahnya gemuruh
tempat kita layarkan kenangan demi kenangan.
Seluruh rindumu kutampung dalam teluk
pelukanku, dalam liuk lengan-lengan ombak, arus sajakku
yang sejuk membimbingmu ke laguna: sukmaku.
Aku mencintaimu melampaui matahari
bukan cakrawala berbatas senja temaram
Cintaku doa pagi dan di langit malam
mengerjap sebagai bintangbintang. Adalah jejakjejak galaksi
berarak di angkasa, berkilap dalam munajatku.
Lembut ombak memainkan butirbutir cahaya
pada pantulan bulan di matamu. Aku di situ
berlayar tak kenal waktu.
Cintaku melampaui bunyi dan sunyi
ketika hujan berhenti dan sisakan dencing tetes akhir
aku genangan yang diamdiam menghilang lalu
mengalir sebagai sungai deras di hatimu.
Mengisi urat nadimu dengan denyut jantungku
Menulisi dadamu dengan goresan rindu dan asmara.
Walau tak selalu bicara
aku sarat aksara.
2011


Ciuman Pertama
Karya: Huda M Elmatsani
Ciuman pertamaku
masih kausimpan di lekuk bibirmu
malumalu getaran itu
anggun melewati rimba waktu
mengisi rongga dada dengan hangat kelambu
melebihi kelepak matahari pada birahi
senja yang ungu.
Limabelas tahun berlalu
ciumanku masih menghias senyummu
biarkan di sana, aku memintamu tak menghapusnya
sebab di sanalah kuarungi samudera kenangan
di pantaimu aku terdampar. Melebihi kelepak camar
setia menyamar sebagai waktu.
Aku menyebutnya cinta.
2011


Tak Ada Tempat Aman untuk Senyummu
Karya: Huda M Elmatsani
Tak ada tempat aman untuk sembunyikan senyummu. Pada bungakah? Kupukupu datang, dan aku melihat senyummu memancar anggun. Pada daun? Angin berhembus, senyummu menari ke kanan dan ke kiri. Pada gerimis? Ah, matahari justeru mengubahnya jadi pelangi. Semakin nampak betapa indahnya engkau tersenyum.
Tak ada tempat aman untuk sembunyikan senyummu. Bahkan ketika bibirmu rapat seribu bahasa dan hening mengunci setiap suara. Sunyi hanya memberi kesempatan pada kata untuk membebaskan diri dan menemukan isyarat pada relief tatapanmu. Dan di sudut matamu yang kuntum, aku melihat betapa indahnya engkau tersenyum.
Maka berikan saja senyummu itu padaku.
Tanpa malumalu, tanpa ragu.
2011


Kembang Api Berpijar di Matamu
Karya: Huda M Elmatsani
Malam melangkah sejuk di pelataran
bintang-bintang berkilau, menitipkan kerling matamu
cantik parasmu cermin perjalananku
memaknai waktu.
Pukul 00.00 hingar tahun anyar membentangkan masa
semarak terompet dan dentuman asa membahana
bunga-bunga cahaya bermekaran di angkasa.
Kulihat kembang api berpijar di matamu.
Gairah jiwaku memancar dalam mawaddah
kurangkai pendar-pendar doa
kueratkan genggaman:
cinta adalah takdir kita.
Melewati hari bersamamu, tahun-tahun anugerah
nyala cinta menerangi sejarah kita:
Selamat tahun baru, Adinda
Kaulah kalender bahagiaku.
2011


Pidana Cinta
Karya: Huda M Elmatsani
Apakah mencinta tindak pidana
hingga seumurhidup ku dipenjara
di sel hatimu seluas semesta
dengan jendela sebingkai nirwana
kau bidadari di dalamnya.
Aku terkurung dalam bahagia.
Bila tak jumpa seminggu
hukuman bertambah dicambuk rindu
dadaku penuh goresan namamu.
2010


Namamu adalah Bahasaku
Karya: Huda M Elmatsani
Setiap menulis puisi
aku seolah baru sekolah bahasa
kueja kata kugali makna kurangkai percakapan.
Pahamkah ia ucapanku?
Aku tak bisa
merangkai kata mutiara
yang bisa kujadikan anting tiara
agar bisikanku berkilau di kupingnya.
Tapi nyatanya ia suka
katanya: terimakasih sayangku
telah kautuliskan namaku
pada setiap huruf di puisimu.
Ah, jadi ketahuan deh
kalau selama ini
namanya yang kujadikan kamus
dan gaya bahasa.
2010


Percakapan tanpa Kata
Karya: Huda M Elmatsani
Di lindap malam
kita tak nyalakan lilin
hanya kilap bulan separuh lingkaran
dibingkai kaca jendela
dan siluet reranting.
Kita berhadapan tanpa sapa
hanya tatapan tajam bersinar
saling menembus keheningan
segala kata menjelma
debar di dada.
Memandangi semesta, dinda
bintangbintang bagai intan bertaburan
menciptakan larik-larik puisi
komposisi indah untuk kukalungkan
di hatimu.
Setiap pertemuan adalah cakrawala
tempatku munajatkan cinta
di antara cahaya matamu: indah sehening doa.
Percakapan tak selalu tercipta
dari kata.
2010


Matamu Sepasang Gerimis yang Terbakar
Karya: Huda M Elmatsani
Gemuruh di jendela seperti serangkaian ketukan lembut jantungmu menembus kabut. Pagi berpayung kelabu terkikis gerimis yang terbakar di matamu. Hujan membuat kita memasuki perjalanan bara. Yang mengembara di dada kita. Menciptakan matahari. Matahari yang menggantung indah di matamu, lalu merangkak ke bulumatamu membentuk pelangi. Aku memeluk bidadari.
Pelukan kita adalah samudera. Menghanyutkan segala dera. Di sana gelombang cinta tak kenal lelah. Membuat rindu seteduh lautan biru tak keluh menyusun gemuruh. Membuat kecemasan berderai hilang di pasir pantai lengang. Kita pun tertawa, memecah ubun sunyi. Seperti ombak berbantun meneriak karang. Seperti sepasang camar nan santun mempersembahkan cakrawala. Pada sebuah pagi, matahari menyebrangi samudera yang bergelora anggun di dada kita.
2010


Senyummu Indah Begitu Saja
Karya: Huda M Elmatsani
Dinda, entah kenapa
senyummu indah begitu saja.
Tak perlu kata kiasan menjelaskannya.
Tak perlu majas rembulan
atau tujuh bait pelangi.
Senyummu indah begitu saja.
Lalu, bagaimana bisa kubiarkan
kau tersenyum
tanpa kusiram dengan cium.
Seperti siraman premium
senyummu api begitu saja
membakar seluruh kata-kataku
yang tersisa hanya bongkahan arang
bekas tumpukan puisi
yang tak sempat kuucapkan.
Senyummu indah begitu saja.
Perlahan meluncur ke lubuk hatiku
menimba airmata
menumpahkannya ke langit biru.
Senyummu gerimis begitu saja
menggiring kepak-kepak camarku
berlayar di samudera hatimu.
2010


Catatan Pagi
Karya: Huda M Elmatsani
Aku masih dicumbu tatapanmu yang semalam erat memelukku. Menghabiskan waktu dalam petak-petak mimpi, malam bagai bentangan sawah nan ranum, bintang-bintang kita panen menjadi rangkaian kata, tawa dan canda, dan di langit malam kita panjatkan sebagai doa.
Lalu kita berjuang menciptakan pagi. Embun menitik dari keningmu, jatuh ke lubuk hatiku. Senyummu senyumku seperti kupu-kupu berkejaran di musim gairah. Saling melipat. Melipat dan. Di atas bunga kita nikmati indahnya hening.
Matahari hangat menyeruak sepi. Kureguk kopi coklat sambil menyelesaikan satu larik puisi. Kamu di sisiku, referensi. Kubuka halaman hatimu. Tak kutemukan kata pengganti.
2010

2010
Sebaris Hujan Sebait Cinta
Karya: Huda M Elmatsani
Pada sebaris hujan, kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka
tanpa layung senja. Terpa angin meninggalkan
jejak dingin di dada.
Engkau menggigil di jantungku.
Jutaan tetes air beterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bungabunga
tumpah dari jambangan. Mengisi hatimu yang bimbang
mengubah rintihmu jadi tembang. Rintik merdu.
Sebulir hujan menggantung di ujung payung
seukir kilau, sesafir cahaya
yang tersimpan. Sebutir doakah?
Kumasuki kelambu hujan
Airmatamu menggenggam rindu.
Waktu mendesak. Serasa singkat.
Rembang pun lewat, saat benderang lampulampu
… dan hujan berpamitan di ambang senja
perlahan menutup payung kita
dengan kecupan.
2010


Selalu Ada Puisi Untukmu
Karya: Huda M Elmatsani
Selalu ada puisi untukmu
semua kata yang tujuannya menggambarkan debar
bagaimana indahnya ingin kupanggil namamu.
Senyum yang menjadi rahasia bibirmu
kuperam dalam jantungku. Tumbuh satu per satu
menggetarkan sunyi, bermekaran di antara jemari.
Sebagian terperangkap ke dalam sajak
sebagian terlepas menjelma kepak
kepak renjana.
Jangan risaukan katakata yang tak terucapkan
biarkan menggenang dalam kolam ingatan
atau angin menyingkap rinduku
yang tersembunyi di dedaunan
dan melepaskannya padamu
dalam bentuk musim gugur yang indah.
2010


Memikirkan Kamu Seorang
Karya: Huda M Elmatsani
Bulan. Bias cahaya melukis malam jadi taman. Kubayangkan kau di sini, di pangkuan. Memetik angin mendawaikan lagu, seirama detak jantung memperjelas rindu. Pemandangan selalu lebih indah, ketika tatap matamu bersinar di pangkuan. Mungkin kautitipkan kerling matamu pada embun. Kukecup keningmu pada setangkai kuntum.
Jarak. Aku mencintaimu, maka rindu menjadi pertemuan paling indah ketika kamu tak di sisiku. Suaramu musik yang membebaskan aku dari sepi. Gemuruh. Aku dengar ombak di kejauhan, bagai ritmis jantung berdebar memecah sunyi. Memenuhi teluk hatiku dengan gemuruh laut yang tak pernah henti. Sebab hanya rindu mampu menyempurnakan percakapan kita, yang kadang tak bisa diakhiri dengan ciuman.
Malam lebih panjang. Memikirkan kamu seorang. Di balik cerahnya bintang, kaukah mengarahkan kompas hatiku. Untuk kutemukan doamu yang kautitipkan pada langit jauh. Jejakjejakmu melindungi setiap kenangan, menciptakan bayangan yang berjaga di lensa mata. Sungguh, aku kangen kamu.
2010


Sketsa Hati dalam Secangkir Senja
Karya: Huda M Elmatsani
Awan tipis tersapu angin, seakan handuk terlepas
meninggalkan gemas pada tubuhmu, kurasakan udara
yang ditinggalkan hujan. Mentari di celah jendela
kaukah yang membawanya. Deras sinarnya
seperti darah menghanyutkan degup rindu
di serambi jantungku.
Senampan senja kausuguhkan, lentik jemarimu indah
tatap matamu tak sanggup kugubah, jejakmu sumringah
dalam hangat yang terperangkap racikan daunan teh
seputik melati menepi di pinggir cangkir
menyengatkan wangi di bibir. Dan senyummu
kuseruput tanpa akhir.
Cinta bergetar di tengah Oktober
lengkung alismatamu memayungi senja hujan
aku menghangatkan diri di matamu
pada sinarmatamu anggun, pada sunyi yang unggun
pada sketsa hatimu yang mengambang
di secangkir senja yang rembang.
2010


Sebuah Tamasya
Karya: Huda M Elmatsani
Akhirnya kita sampai ke sebuah samudera
yang menyatukan waktu kita.
Sebuah tamasya.
Kupersembahkan bulan sebagai bahtera
mengarungi semesta, lautan cumbu dan canda.
Lautan sejenis candu. Lautan semanis madu.
Mendaki puncakpuncak gelombang
membelah kesunyian
gemuruh lautan menyisakan buihbuih di wajahmu.
Kukecup wajahmu betapa manisnya kamu. Dan waktu pun
menjadi tempat paling indah menciptakan
album kenangan. Yang membangkitkan rindu.
Selalu ingin kita ulangi lagi
tamasya itu. Dan bukankah kita memiliki bahtera sekaligus
lautannya?
Kutatap wajahmu, buihbuih
kenangan manis itu. Menetes seperti
madu.
2010


Ketika Memandangmu
Karya: Huda M Elmatsani
Aku sedang memandangmu
di bawah bulan setengah lingkaran
membaca selaksa kata di matamu
menafsirkan sirat cinta.
Maka ketika kau memandangku
aku tahu, kau bulan yang jatuh di wajahku
kau yang selalu di wajahku
menuliskan pendarpendar cahaya
petunjuk bagi langkahku
menelusuri jalan setapak di hatimu
langit yang selalu membukakan pintu
untuk pulang kepakkepak sayapku.
Di bawah bulan yang mengambang
di pematang alis matamu
ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu
merunduk menggenggam bulir rindu.
2010


Tatapan yang Berubah Jadi Sajak
Karya: Huda M Elmatsani
Biarkan aku mengubahnya menjadi kata
ketika engkau menatap
biarkan airmatamu menjadi tinta, mengalir rebak
menjelma aksara yang meluap
mengubah kertas hidupku
menjadi telaga sajak.
Kaulihat ombak katakata yang bening
membuat nampak semua isi hatiku.
2010


Mudik ke Hatimu
Karya: Huda M Elmatsani
Rerumputan menyirat
jejakjejakmu jadi jalan setapak
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak
yang kupetik dari perjalanan berliku
bukankah selalu kutanam perdu
penawar rindu.
Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu
ketika kau melintas jalan setapak
rerumputan menjaga jejakmu tetap basah
seperti butir airmata yang enggan jatuh dari bulumatamu
bagaimana pun aku memunguti jejak itu
menyimpannya dalam sebuah sajak
lalu kuikuti ke mana kata pergi mengembara.
Bukankah hatimu kampung halaman
dari seluruh sajakku
tempat aku mudik dengan segala perbekalan
cinta.
2010


Sketsa Taman di Purnama Malam
Karya: Huda M Elmatsani
Lalu di sebuah taman
langit mendekat bersahabat
menyuguhkan teh hangat dengan sedikit uap
perjalanan panjang pun serasa singkat
kita bersulang mengubah malam pekat
jadi upacara persembahan
rembulan perak
untukmu.
Di padang ilalang
bulan ini kujerat dengan sajak
kuikat di pohon cempedak
agar kelam tak membawanya lenyap
ke dalam gelap.
Terasa di wajahmu getar sumringah
arus darah mengalirkan hemoglobin cinta
percakapan apakah mengalir dalam terang rembulan
tatap teduhmu tak pernah tuntas aku tafsirkan.
2010


Vulkanik Rindu
Karya: Huda M Elmatsani
Ada bara pada cinta yang gemuruh di jantungku. Sebongkah niat, segunung hasrat. Bibirku merangkum sejuta getaran dalam satu isyarat, ciuman dahsyat. Lihalah pendarpendar api di mataku—
Setiap rayu adalah aksara yang terbakar. Lava cinta meleleh dari mataku menuruni jurang yang membelah dadamu. Denyut nadi tak meredakan gejolak jantungku. Magma tak habishabisnya bergolak. Memuntahkan vulkanik rindu ke langit semesta. Bila debu rinduku menghalangi pandangmu, sematamata aku ingin memenuhi matamu dengan kata cinta.
Aku tak bisa berhenti menyemburkan cinta di tubuhmu, sejuta cium dan peluk, memenuhi lembahlembahmu, sungaisungai hatimu. Tak bisa berhenti hanyut, dalam denyut di nadimu. Aku meleleh dalam hidupmu. Menciptakan kawahkawah rindu yang baru.
2010
Seikat Pelangi Seribu Puisi
Karya: Huda M Elmatsani
Lihatlah gerimis berbaris di tipis senja
di taman itu, pendarpendar mentari menari
di atas daundaun basah
aku hanyut pada parasmu yang basah.
Tiada yang sungguh indah dari cakrawala cinta
ketika bening tetes hujan menggenang lekuk merah bibirmu
senyum terkulum, mataair dengan sekuntum padma
mengalir hening ke relung sukma.
Ada seikat pelangi di balik gerimismu
cahayanya terurai dalam lariklarik puisi
bercucuran di sudut matamu
melukiskan berjuta pixel warna cinta.
2010


Laut
Karya: Huda M Elmatsani
Laut adalah gulungan hatimu di mana ombakombaknya kaujelmakan dalam getar, menghanyutkan perahu jiwaku berlayar mengarungi dekapanmu yang tanpa akhir, selalu bergemuruh menghempaskan cumbu pada karang rindu di mana hasrat membuncah berderaian menjadi buihbuih kerling di sudut matamu.
Kerdip matamu ombak yang mengubah pasir pantai menjadi lembaran kertas putih dengan satu pesan: laut adalah jalan hidupmu, arungilah ia agar tak beku, agar menjadi hangat bagai setangkup dekap. Lalu kujalani laut, laut pun menjadi genangan tinta biru yang tanpa bosan menuliskan bisik cinta di pesisir hatiku.
2010


Hanya Ingin Menulis Puisi
Karya: Huda M Elmatsani
Ingin sekali aku ke surga
tidak untuk menikmati keindahannya
atau menikahi para bidadari
hanya ingin menulis puisi.
Lalu puisi itu kutulis di mataair
dan sungai-sungainya
agar arus menghanyutkannya
ke tengah samudera
untuk menjadi hujan yang membasahi
semesta.
Kau akan lihat kilau cemerlang di
gugusan bintang-bintang
huruf-huruf puisi yang kukarang.
Petunjuk abadi perjalanan
cintaku padamu.
2010


Gemuruh Hujan
Karya: Huda M Elmatsani
Hujan di malam akhir Agustus
gemuruhnya menerobos tilam kelambu
kilau kilat terpantul di wajahmu
menerangi lengkung bibirmu
tempat aku tersedu menghabiskan waktu
tempat biasanya aku dengar desah senandung cinta.
Kudekap getar hujan itu yang menggigil di tubuhmu
kurasakan derap jantungmu memimpin satu lagu
orkestra yang disusun dari seribu rintik rindu
membiarkan gelisahmu mengembun di sudut matamu
dengan kecupan kutandai tiap jejak hujan
yang meninggalkan gemuruhnya di hatimu.
2010


Gaun Pengantin
Karya: Huda M Elmatsani
Kusulam sebuah puisi madah
dalam hening akad nikah
dengan benang sutera
yang kupintal dari kepompong cinta
yang bergelayut di hatiku.
Perkawinan ini khusus untukmu kekasih
bahagianya dapat kupersembahkan untukmu
sebuah dekapan seumur hidup
yang hangat dan lembut
hingga lubuk hatimu.
Kau amanah paling cantik
bahagianya dipercaya menjagamu
dengan segala hal tanpa batas ruang
dan waktu
aku mencintaimu.
Puisi itu menjelma kupukupu indah
yang tak pernah membayangkan dirinya dirajut di gaun pengantin
ia meneteskan airmata
haru betapa diperlakukan penuh cinta dan istimewa.
Airmata itu membuat gaun pengantin bertabur gerimis
seikat pelangi berkilauan di pelaminan.
Di sampingku,
seorang bidadari sedang tersenyum padaku!
2010


Muara
Karya: Huda M Elmatsani
Arus deras sajak-sajakku
melintas waktu
hujan
dan jantungku. Nadi-nadiku bergolak
menggerakkan tubuhku
menuju kamu.
Aku daras sajak-sajakku
meretas cakrawala
bianglala
dan gerimis yang tak ingin berhenti
sebelum menjelma sungai
menuju kamu.
2010


Matahari Cinta untukmu
Karya: Huda M Elmatsani
Malam ini kubangun mimpi
berharap besok menjadi matahari
yang terjaga di jendela
membakar segala kelam dan dinginnya malam
lalu sunyi menjadi reruntuhan purba
sebab nyanyian pagi bersamamu, senandung lautan itu
telah mengubah peradaban cintaku.
Pagi ini kubangun dari mimpi
O, perempuan yang menggenggam kelopak bunga
yang terjaga di jendela hatiku
yang merebahkan tubuhnya dan kukecup wangi keningnya
bukankah kautemukan bahwa setiap pagi
pada dekapan di dada
selalu ada matahari yang membara untukmu.
2010


Jejak Cinta yang Tak Terhapus Cuaca
Karya: Huda M Elmatsani
Bukalah jendela dan lukislah langit malam
dengan sebuah bintang jatuh
sebuah garis lurus yang membelah kelam
sebongkah harapan yang menyala—
biarkan menerangi ruang angkasa, padang paling luas
tempat kita meninggalkan jejak cinta
yang tak pernah terhapus cuaca.
2010


Bulan Berayun di Ranting Ketapang
Karya: Huda M Elmatsani
Bulan berayun di ranting ketapang
musik sunyi bersahutan di balik bebatuan
cahaya berjatuhan seperti gerimis di celahcelah dedaunan
membasuh separuh wajahmu.
Kupandang siluet matamu, hidungmu, bibirmu, indahmu
ketika ku mendekat yang kausisakan tinggal selengkung senyum
segera saja kudaratkan cium
dan bulan menutupi peristiwa itu
dengan cahaya ranum.
Senyum tipismu seolah angin menyentuh dedaunan
membuatku hanyut dalam ombak rerumputan
hanya dapat kuikuti getarannya
sebagai sebuah tarian.
Lalu kau memandangku
seperti perahu yang membawaku
ke dalam
hatimu.
2010


Jejak di Angkasa
Karya: Huda M Elmatsani
Purnama di bulan Agustus
seperti sinar mata yang menembus
sayapsayap cahaya meluncur turun
melingkar pundak malamku
lalu menggiringku ke angkasa
melayang di atas hamparan galaksi
seolah hamparan pasir pantai yang kita cintai.
O, jejakjejak kita masih ada di sana
berkilau bagai mutiara.
Barangkali ombak samudera
yang menghanyutkan jejak langkah
telah menguap dan membeku di atas nirwana
pun bait puisi yang kuhanyutkan
terdampar di sana. Masih basah
dengan katakata yang terus menetes
hujan meteor yang indah.
23/8/2010
Cakrawala Cinta di Sebuah Senja
Karya: Huda M Elmatsani
Pohonan senja
kilau daundaun bagai kristal tertiup angin
kesunyian terbakar di pucukpucuk ilalang
menyemburkan cahaya ke dalam kalbu.
Surya bagai softlens jingga
di bola matamu cakrawala cinta.
Pendarpendar telaga
dengan selendang gelombang
menari meliuk menyeret jantungku
jemarijemari ombak merepih bak lentik penari Bali
menyempurnakan sudut akhir kerlingan mata.
Aku tersungkur di ceruk matamu.
Guguran kelopak seroja
menjelma perahu
menuntun matahari ke dalam kelambu.
Diamdiam aku terhanyut
ke lubuk hatimu. Tempat paling khusuk
untuk sepucuk puisi.
2010


Kapal Cinta
Karya: Huda M Elmatsani
Sebuah kapal telah kubangun dari pohon cinta
naiklah tanpa ragu
kita ribuan mil arungi samudera asing
berlayar di antara gelombang dan badai gasing
menaklukan laut demi laut, terusan dan cakrawala
menciptakan benua baru
nirwana.
2010


Tak Takut Kehilangan
Karya: Huda M Elmatsani
Tak takut aku kehilangan indahnya mentari pagi, embun yang bersujud di sudut dedaunan, kupu-kupu bercumbu di atas bunga, ceracau prenjak di seberang jendela, mungkin gerimis dan pelangi, atau selendang tipis kabut yang berlapis-lapis di lekuk perbukitan, tempatku menulis sajak dan impian.
Tak takut aku kehilangan pesona senja, kilau emas padang ilalang, angin berhembus sepoi-sepoi menyelisir rambutmu, dan burung-burung kembali ke sarang dalam barisan panjang, kehangatan cinta, seperti barisan pengaduanku ketika pulang ke hatimu, menyelesaikan setiap sajak dan persoalan.
Bagaimana mungkin aku kehilangan, padahal kau selalu di sisiku, kutemukan segalanya menjadi lebih indah, segala sajak jadi lengkap. Makanya aku tak takut kehilangan kerling bintang di malam hari, musik jangkerik dan serangga malam, lampu-lampu berpendaran bagai untaian manikam, atau rembulan yang suka menyelinap di antara sajak dan rayuan.
2010


Kata Pengantar Sebelum Tidur
Karya: Huda M Elmatsani
Aku tak bisa menyusun kata
penutup yang indah
untuk mengakhiri percakapan
hanya bisa kutatap matamu
sampai embun.
Bahkan bintang-bintang telah
bergugur
tetapi aku enggan tidur
sibuk menganyam bait demi bait kasih di rambutmu
seribu musim merajut singgasana
di atas kelambu
bukankah malam adalah istana
tempat paling megah
di atas bumi
engkau dan aku selalu bersanding
berbagi cerita berbagi puisi
berbagi mimpi
menciptakan pagi.
2010


Musik yang Menyanyikan Cinta
Karya: Huda M Elmatsani
Ada gerimis di jantungmu
musik yang menyanyikan cinta
kusaksikan refreinnya mengembun di matamu
menetes di kelopak bunga
seolah pagi baru saja bangkit
mengetukngetuk jendela.
Kau tatap aku, pun aku tak dapat menahan
matamu bagai sunyi dalam senandung
cinta di bulan
Agustus.
Aku terseret gerimis di
jantungmu.
2010


Malam Kudus di Bulan Agustus
Karya: Huda M Elmatsani
Ada malam yang kudus pada hembus
angin di bulan Agustus
cahaya rembulan memapas pinus
menyibak rahasia anggun parasmu yang terbungkus
cinta nan tulus.
Aku terbius
sinar matamu cerlang yupiter di antara pisces dan aquarius
seakan kau bidadari dengan tatapan menembus
membuat hatiku berdebar menerus terus.
2010


Lukisan Cinta pada Bintang
Karya: Huda M Elmatsani
Di kanvas ini aku mengembara: langit tanpa tepi
kulukiskan bintang-bintang, bertaburlah sinarnya mengisi semesta
setiap bintang adalah nyala yang terus mengembara
seperti cinta tak mengenal padam, selalu gairah selalu membara.
Tatapanmu indah dalam hening: malam sebening telaga
senantiasa berseri, mata baiduri yang kutatap secara sempurna
ada jejak bintang di ekor matamu, meteor-meteor terjun ke hatiku
di bawah hujan cahaya, kuhabiskan malam bersamamu.
Kamulah bintang di hatiku paling terang
makanya galaksi indah tanpa lelah kukarang
hatimu horison segala pengembaraanku menepi segalanya sampai.
Bukankah cinta itu ledakan besar
yang mengawali ritus kebersamaan kita, memancar
ke penjuru semesta. Memancar sepanjang masa.
2010


Klausa Cinta
Karya: Huda M Elmatsani
Jangan tanya padaku, bagaimana menanam cinta
sebab benihnya sudah memenuhi hatiku.
Jangan tanya padaku, mengapa cinta bertumbuh
sebab engkaulah akar cinta itu.
Jangan tanya padaku, bilakah cinta bersemi
sebab waktuku tercipta untukmu.
2010


Tentang Catatan Harian
Karya: Huda M Elmatsani
Buku ini bukanlah kumpulan puisi
hanya perasaaan cinta yang luar biasa
berusaha menafsirkan dirimu
sebab kaulah sebenar-
benarnya puisi itu.
2010


Pantai Berpasir adalah Kanvas Tanpa Akhir
Karya: Huda M Elmatsani
Pantai berpasir
adalah kanvas tanpa akhir
jejakjejak kita tercetak
jadi berbaris sajak.
Laut kemerisik pada pasir
mengeja jejak kita
lalu membawanya ke samudera.
Di atas karang
lidah ombak membacakan sajak yang kita karang
disaksikan ikan, uburubur dan kerang.
Bukankah selalu kita dengar
gemuruh kalimat cinta menggelegar
di dada kita. Samudera yang tak pernah
berhenti berdebar.
2010
powered by
26/7/2010
Subuh di Stasiun Tugu
Karya: Huda M Elmatsani
Di stasiun ini
dinding-dindingnya ditumbuhi lukisan
perjalanan, jarak dan airmata
dipahat waktu hingga lumut membatu
samar alunan gending menyihirku hening
kesunyian tugu, lampu-lampu membeku
jerit kereta yang menjauh
menyisakan gemuruh
hati menyebut namamu.
Di stasiun ini
dinding-dindingnya ditumbuhi bunga
kenangan demi kenangan tergambar
debar jantung yang menggetarkan
lalu lampulampu jalanan memudar
tinggal pendar tetes airmatamu
menerangi hari
seperti pagi menitipkan embun
pada rel
peta perjalanan ke hatimu.
2010


Setangkai Purnama Pengganti Mawar
Karya: Huda M Elmatsani
Ketika subuh mengembun
di atas kuntum
Zayyin, kulihat bulan
di atas halaman.
Kupetik untukmu pengganti mawar
yang pagi ini belumlah mekar.
Untukmu setangkai purnama. Sebuah damba
menemukan wajahmu tersenyum ketika ku terbangun
serasa mimpi indah baru berlangsung.
Lalu kulihat bulan bercakap padamu
ingin menghuni matamu
di mana tatapan cintamu, bercahaya
indah sekali.
2010


Hujan Bermekaran di Taman
Karya: Huda M Elmatsani
Kaulekatkan daundaun hujan
pada reranting kering.
Dan hujan pun bermekaran
di taman
rerumputannya menjelma telaga
bungabunganya adalah riak ombak
dan di bangku taman
kita berayun seakan sampan.
Dan hujan pun bermekaran
di taman
menjadi sungai
menciptakan garis liku yang indah
di lembah kehidupanku.
2010


Juli di Rambutmu
Karya: Huda M Elmatsani
Tiada kabut musim kemarau yang menyelimuti alis pagimu. Juli di rambutmu masih basah, masih menyimpan tetes dan rerum putan yang ditinggalkan hujan. Dan setiap kutatap matamu lewat panorama di jendela, aku menemukan lembah nan hijau, puspa warna, kicau prenjak menginjak tutstuts piano di pucukpucuk cemara, dan luruh gerimis. Kulihat seikat pelangi tumbuh di bola matamu.
Dan hujan
menyembunyikan
semua jejak.
Kuberteduh menatapmu
memperhatikan bulir hujan
menetes ke dalam
puisi.
Aku
terhanyut
bersama kesunyian
yang diselundupkan hujan
yang dibiarkan mengambang
dalam genangan
ilusi.
Dan hujan meninggalkan
hening
semua denting. Bening matamu selalu kuingat
ia adalah kolam sajak
seluruh kata yang menyembul
dalam bahasa hatiku.
2010


Flamboyan di Pelataran Prambanan
Karya: Huda M Elmatsani
Yang jatuh dan tergenggam
di tanganmu
adalah bunga flamboyan.
Merah merenda jingga bercahaya
hiasan istimewa dari surga
untuk bidadari
di bumi.
Bunga elok memikat
ketika kuselipkan di ikat rambutmu.
Ketika mata kita begitu dekat
ketika kuucap
merahnya seperti nyala api
cinta yang tak pernah
lindap.
Guguran flamboyan
berkilauan
menghiasi pelataran candi.
Seperti itulah jejak kagumku padamu.
Yang indah dan tergenggam di tanganmu
adalah sebait puisi.
2010


Jendela Laut
Karya: Huda M Elmatsani
Dengarlah gejolak ombak
yang berderak di
jendela.
Kupersembahkan untukmu
sebuah laut
bergemuruh mentransmisi debur jantungku
buihnya tak habishabis
membisik namamu.
Jendela adalah perahu
tempat kita berangkat mengarungi rindu.
Kita bercinta sepanjang pelayaran
dalam alunan gelombang bak ayunan di taman
pulaupulau elok, pantaipantai indah
tercipta di sekeliling kita.
2010


Menjadi Embun di Sudut Matamu
Karya: Huda M Elmatsani
Malam di sisimu
terjaga dengan ciuman semerah saga
seolah mimpi baru dimulai
mentari bergelayut di dedaunan
kamu bergelayut di dada
menyeduhkan dekap kehangatan
lihatlah, embun di lengkung kelopak mawar
berkilau menjelma bianglala.
Secercah pagi
kuyakinkan padamu dalam bingkai jendela
seberkas sinar kubukakan untukmu
langit menghamparkan lembaran biru di kakimu
padang sajadah, tempat doadoa ditanam diranumkan
tempat langkah kita tumbuh menjadi ilalang cahaya
bunganya bertaburan memenuhi semesta.
Lihatlah
burungburung berterbangan itu
ramai berebut cahaya
bukankah nyanyiannya senantiasa kita dengar
di saat fajar?
2010


Kupersembahkan Padamu
Karya: Huda M Elmatsani
Kupersembahkan padamu sekuntum ciuman segar
dalam buket bunga kesukaanmu: aster, krisan dan sejumlah mawar
sebuah puisi kusematkan dalam sebuah lembar
pagi terasa spesial
kurasakan jendela hati terbuka lebar.
Seperti kau memahami bait puisi
ia bukan sembarang bahasa – tetapi sebuah jiwa
puisi tidak disusun dari kata hanya kata
puisi yang membangun kata demi kata dan
menuntaskannya sebagai doa indah.
Seperti aku tenggelam di matamu
seluruh hatiku sibuk mengeja pustaka cinta
pun mulutku tak sanggup bicara
sedangkan tanganku diam-diam sibuk meremas kata
yang kadang menyelinap di jemarimu.
Puisi mengembara perjalanan tersembunyi
melewati samudera di balik tatapanmu
bait-baitnya terurai dalam tiap derai ombak
menciumi pantai-pantai semampai di lekuk tubuhmu
lihatlah jejak kakiku, selalu hanyut bersamamu.
Seperti kau memahami bait puisi
ia ada dalam dirimu, dirimu ada di dalamnya
sebab kerangka puisi tersusun dari tulang-tulangku
dan kau bagian tak terpisahkan
dari struktur tulang-tulang itu.
2010


Bidadari Senja
Karya: Huda M Elmatsani
Gerimis turun merajut senja. Bias mentari ditenun jadi seikat pe langi. Engkau menuruni lembah hatiku. O, cantik nian pemandangan ini. Membuatku selalu gandrung hati. Bersama sejuknya angin senandungkan lagu — cinta yang terakhir, senada jantung ku irama yang mengalir.
Kau suguhkan secangkir teh melati, aroma kenangan, memaknai setiap derap perjalanan. Halaman rumah adalah ketentraman tiada tara. Tempat jejakjejak kaki tertanam dan tumbuh menjelma bunga ilalang, menghiasi perjalanan dan kenangan. Kutatap relung matamu tanpa akhir.
Bidadari senja. Kau selalu membuatku yakin. Cinta adalah bukti, bukan statistika. Cinta adalah pasti, bukan probabilitas. Dan kau, kalimat terindah dalam definisi cinta yang dibuat Tuhan untukku. Kau keindahan tak tergantikan, di antara langit dan bumi. Kau kalimat syukurku kepadaNya.
2010


Melukis Puisi di Matamu
Karya: Huda M Elmatsani
Matamu sepasang coklat tua yang teduh. Memandangmu, seperti rindang pepohonan di tengah kolam seroja. Aku tercebur. Jatuh dan mencintaimu. Dan cinta: berpendar dalam berjuta pixel warna. Memancar di percik cipratan airmatamu.
Dan di sejuk tatapanmu, aku melukis puisi. Sebab di sana ada spektrum cinta. Membuat rindu seteduh biru lautan yang anggun menyusun ombak gemuruh. Membuat kecemasan membias ungu seperti langit malam menunggu bintangbintang berlabuh.
Membuat harapan secerah mentari di jendela subuh. Yang membuat merah wajah kita, setiap kali tak dapat menahan dahsyatnya ledakan jantung. Dan seikat pelangi mencercahkan seluruh warna dalam satu goresan senyum.
Bulu matamu yang lepas, biar kujadikan kuas, hanya agar semua terlukis seindah rindu padamu. Kutahu tanganku tak mampu menoreh warna selembut tatapanmu, menggoreskan kata selembut ucapan mu. Tidak juga mataku dan tidak juga mulutku.
2010
2010
Dengan Apakah Harus Kutuntaskan Puisi
Karya: Huda M Elmatsani
Dengan apakah harus kutuntaskan puisi
dengan menggoreskan luka di jari agar mengalir darahku
hingga setiap kata berdebar seperti jantungku. Atau
dengan tetesan keringat yang membungkus punggungku
agar tahu puisi adalah kerja keras mencangkul di tanah cadas
setiap kata tumbuh dari ketulusan berkarya. Atau
dengan airmata yang meloncat-loncat seperti huruf-huruf di papan ketik
mengikuti apa saja yang aku tulis, ia seperti sebuah perasaan
meloncat-loncat di dalam hati lalu meloncat keluar sebagai airmata. Atau
dengan langkah-langkah kita menyeberangi jembatan ke jembatan
yang menyatukan seluruh musim dalam peta perjalanan
setiap kata adalah petunjuk di mana kita hadir bersama. Atau
dengan senyuman yang membuat indah setiap pertemuan
dan pelukan hangat yang menyudahi setiap inci jarak
setiap kata adalah perekat nafas kita ke dalam satu makna. Atau
dengan ciuman sebagai tanda petik setiap kalimat cinta
kalimat yang melahirkan sajak-sajak yang mengalirkan sajak-sajak
sebab cinta tak pernah kehabisan sajak.
2010


Kalimat yang Tersembunyi
Karya: Huda M Elmatsani
Bumi berputar tanpa suara
rembulan bersinar diam-diam
bintang-bintang berpendar tanpa nujum kata
malam bergeser tanpa gemuruh.
Kadang bibir tertutup rapat
kadang lidah kaku terlipat
kadang katakata hilang tersembunyi
tangan tak dapat menulis perasaan yang terkunci.
Kutatap matamu
terjun ke palung hatimu
aduhai, sejuta kalimat cinta
tak terucapkan olehmu.
2010


Tertawalah
Karya: Huda M Elmatsani
Bila senyum tak cukup lebar menampung bahagiamu
tertawalah kekasih tertawalah seperti kuncup yang merekah
indahkan hidupmu dengan tangkaitangkai bunga.
Segelas kesenangan secangkir riang, mari reguk bersama
nikmati waktu kita di antara dramatika kehidupan
kenangan, keharuan, apa pun namanya, biarkan memenuhi rongga dada.
Tertawalah kekasih bila senyum tak cukup lebar
seluruh bumi berdebar, seluruh langit gemetar, para malaikat bergegas keluar
mengira ada yang menyusup ke dalam surga.
2010


Gerimis
Karya: Huda M Elmatsani
Gerimis yang berteduh di pinggir jendela
seperti sedang memanggilmu
bukalah kaca basah itu dan biarkan ia masuk
mungkin ia ingin menangis di pelukanmu.
Matahari rupanya datang menjemput
diketuknya pula kaca dengan cahayanya yang lembut
gerimis yang rindu wajah itu hanya bisa tersipu.
Kulihat pelangi mengambang di jendela.
Peristiwa di atas berulang
setiap kali aku mengecupmu di pagi menjelang
kau memandang ikhlas dengan sekuncup doa
kautanamkan kembang di sudut mataku.
2010


Sketsa Burung Prenjak
Karya: Huda M Elmatsani
Burung prenjak yang berisik dan suka mengantar matahari itu
tak lagi terdengar sejak datang hujan semalaman
beruntung selalu ada pagi
ketika kita buka jendela
sehingga kita bisa mencarinya di cakrawala. Atau menggambarnya
dalam cuaca damai. Musim panen yang ramai
anak-anak kita bermain layangan
benangnya menjuntai di antara jemuran yang
kolor kita kadang ikut terbawa sampai cakrawala. Aduh ternyata
burung prenjak tersangkut di dalamnya.
2010


Kata yang Berebut
Karya: Huda M Elmatsani
Kata-kata saling berebut ketika kutulis sajak cinta
takut tak jadi bagian diksi, beruntung bila menjadi majas
sebab menjadi puisi adalah cita-cita luhur setiap kata.
Ketika kutulis tentang mata
kata-kata tatapan, kerling dan bening saling mengintip kesempatan
lalu kupilih airmata karena tak tahan rengek tangisan.
Ketika kutulis tentang bibir
kecup, cium dan sosor saling tersenyum merasa bakal dipilih
lalu kupilih airliur, aku tak tahan bisikan semilir di kuping.
Ketika kutulis tentang dada
buah dan belahan saling berdesakan
tetapi kupilih debar, aku tak kuasa menahan ledakan
cinta yang mengguncang.
2010


Sketsa Ilalang
Karya: Huda M Elmatsani

Kau bidadari di antara ilalang
menebar kecantikan di keluasan padang.
Kugamit jemarimu melangkah dalam tawa bahagia
lalu kaubiarkan jalan setapak tercipta di hatimu.
Luasnya padang sabana tak dapat menggantikan luasnya hatimu
menerima setiap jejak langkahku.
Lalu tumbuh bunga-bunga di setiap senyummu
jiwaku seperti kupu-kupu dibuatnya.
2010


Aku Hanya Mampu
Karya: Huda M Elmatsani
Jalan. Inilah lembaran yang kita lalui: jalan tak berujung
yang kita pahat dengan jejak langkah, selamanya melangkah
seperti cinta yang tak mengenal akhir
yang tak mengenal menyerah
di situ jejakjejak menjelma taman dan tetirah.
Aku hanya mampu melangkah bersamamu.
Lembah. Kamulah kehidupan
di mana lembah dipenuhi kuncupkuncup melati
senantiasa bersemi, tubuh wangi yang kukecup tiap pagi
embunembun berbaris di bulu matamu
mengerling sejuk ke dalam kalbu.
Aku hanya mampu bersyukur memandangmu.
Laut. Sungaisungai kuciptakan sungaisungai yang melambai
di bibirmu pantai segala kerinduanku bermuara
segalanya sampai
bukankah cinta itu lambang abadi?
di bibirmu sajakku menjelma cium
menjadi ombak di celahcelah lautmu yang anggun.
Aku hanya mampu memeluk gemuruhmu.
Bibir. Aku tidak tahu,
bagaimana indahnya engkau melukiskan cinta
hanya dengan sebuah lengkung sederhana di bibir
sementara ribuan kata tak sanggup kueja dan kutata
agar dapat menulisi kertas hatimu.
Aku hanya mampu merangkum senyummu
dengan seulas ciuman.
2010


Rindu Membebaskan Aku
Karya: Huda M Elmatsani
Rindu membebaskan aku dari sunyi. Kaukah mengubah waktu menjadi lonceng yang mengingatkan aku akan datangnya pagi. Seperti gemetar tanganmu di dada, mengganti dawai yang hilang dengan nada yang dinyanyikan tetes embun. Begitu jernih bisik mu menyapa.
Rindu membebaskan aku dari temaram. Relung langit tak mampu menampung kegelisahanku. Karenanya senja sebentar saja. Di balik bintangbintang, kaukah yang mengarahkan kompas hatiku? Sehingga kutemukan guguran daundaun yang kautitipkan pada angin.
Rindu membebaskan aku dari kelam. Kerling matamukah sinar biru di rasi Orion. Kaukah menggenggam rembulan di bingkai jendela. Membulatkan keheningan menjadi sekeping cahaya, yang mengubah lapang malam menjadi taman. Yang menuntunku ke sudut kenangan.
Rindu membebaskan aku dari dingin. Secangkir kopi panas masih menguap di beranda. Mengalir tanpa henti ke setiap nadi. Hangatkan jiwaku. Mungkin kautitipkan belaianmu pada angin. Gemuruh nafasmu menelusuri rambutku, menembus hingga ke lubuk mimpiku.
2010


Kuciptakan untukmu Matahari yang Indah
Karya: Huda M Elmatsani
Karena penyair selalu terpukau pada keindahan, dibuatnya puisi seakan mampu mengabadikan rembang, seakan mampu menjadikannya tembang. Tetapi senja tak pernah ragu pada malam, diserahkannya segala jingga. Malam yang lembut datang perlahan, menyelimuti senja dengan bintangbintang.
Bila gerimis turun menyunting kala, penyair dan langit berebut mencipta bianglala. Penyair mengabadikannya dalam bait, tetapi langit adalah khazanah. Selalu menjadi guru ketika penyair kehilangan arah, ia menengadah, berharap langit penuh tanda. Sebab di setiap keindahan, ada peta menuju kata.
Sebongkah matahari kupahat prasati, dengan katakata yang merangkum sejumlah rindu dan hangat dekapan, sejumlah cumbu dan hasrat membara. Aku bukanlah penyair, apalagi langit senja. Tetapi, dari setiap kata yang kumiliki, kuciptakan untukmu mata hari yang indah.
2010

RASA NYA TELAH CUKP PUISI DI ATAZ TUK MEMBUAT KEKASIH ATAU PUN SELINGKUHAN ANDA MELAYANK DIANTARA SEMAK SEMAK KEGOMBALAN ANDA
HEEEEEEEEEEEEEEEEEEE
TERIMAKASIH
KOMEN ANDA SAYA TUNGGU

2 komentar:

  1. Harrah's Casino and Hotel - MapyRO
    Get directions, reviews and information for Harrah's Casino 부산광역 출장마사지 and Hotel 청주 출장안마 in 김제 출장마사지 Harrah's Kansas 하남 출장샵 City, MO. 논산 출장안마 Complete casino information, photos, directions,

    BalasHapus